Rabu, 12 Desember 2007


Label:

ARTIKEL: Manifestasi Nilai Islam dalam Akuntansi



Praktek bisnis pada akhir-akhir ini, mau tidak mau harus memperhatikan fenomena dan pergerakan bisnis yang mempunyai kecenderungan menuju masyarakat Islami. Lembaga perbankan sudah menyesuaikan diri menjadi bank syariah, asuransi juga demikian, makanan dan minuman mulai “berlabelkan” istilah-istilah yang lazim digunakan dalam Islam. Dimana nilai-nilai luhur yang terkandung dalam syariah Islam ini ternyata diterima baik dan bahkan menjadi dasar yang sangat kuat dalam pengembangan sistem akuntansi khususnya di Indonesia.
Dengan penerapan kode etik yang didasarkan pada hukum-hukum Islam tersebut diharapkan laporan keuangan yang dihasilkan oleh profesi akuntan akan mempunyai kualifikasi informasi yaitu: menyajikan kebenaran, keadilan, lengkap dan tepat waktu.


Pendahulan
Islam, yang menurut bahasa berarti keselamatan dan kepatuhan adalah agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Penganut agama islam harus senantiasa “patuh” kepada Allah dan menghargai tujuan penciptaannya di dunia. Sebagaimana telah terungkap dalam Al qur’an, artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (QS. Az Zariat: 56)

Akibat dari pengakuan itu, maka setiap apa yang dilakukan oleh seorang muslim termasuk dalam transaksi bisnis harus sesuai dengan aturan dan ketentuan Allah SWT. baik yang disampaikan langsung melalui wahyu dalam Al qur’an ataupun yang diterjemahkan melalui sunnah Nabi Muhammad SAW. Qur’an dan Sunnah adalah sumber hukum utama Islam, yang keduanya disebut Syariah (yang berarti jalan).

Islam meyakini dan mendorong bisnis, tetapi kegiatan bisnis itu harus dilakukan sesuai prinsip-prinsip yang diatur dalam syariah. Apa yang dianggap halal dan haram untuk berbagai aspek kegiatan bisnis telah diatur. Dimana perdagangan yang diharamkan (misal: konsumsi dan berdagang daging babi) juga dilarang untuk memberi atau menerima harganya. Dalam kerangka yang lebih luas, syariah Islam mengharuskan seorang muslim untuk mencapai tujuan bisnisnya dengan cara-cara yang jujur, adil dan senantiasa dalam kebaikan.

Praktek bisnis pada akhir-akhir ini, mau tidak mau harus memperhatikan fenomena tersebut. Lembaga perbankan sudah menyesuaikan diri menjadi bank syariah, asuransi juga demikian, makanan dan minuman mulai “berlabelkan” istilah-istilah yang lazim digunakan dalam Islam. Fenomena kecenderungan atau pergeseran masyarakat ini juga berlangsung dalam dunia ilmiah. Dimana nilai-nilai luhur yang terkandung dalam syariah Islam ini ternyata diterima baik dan bahkan menjadi dasar yang sangat kuat dalam pengembangan sistem akuntansi khususnya di Indonesia.

Apabila kita tinjau secara singkat hubungan antara fenomena bisnis dan penyusunan laporan keuangan serta pemakai laporan keuangan dapat dilihat berikut:
  • Pemakai Laporan Keuangan
  • Laporan Keuangan
  • Prinsip Akuntansi
  • Teori Akuntansi
  • Fenomena Bisnis/Ekonomi

Semoga manifestasi nilai-nilai Islam dalam akuntansi tersebut muncul dari kesadaran para akuntan dalam kerangka perbaikan kualitas informasi serta struktur informasi yang dihasilkannya, dan bukan merupakan faktor kebetulan saja. Waallahu a’lam bishawab.

Pembahasan
A. Konsep Dasar Akuntansi
Sebagai suatu proses akuntansi mempuyai prinsip-prinsip tertentu yang harus diikuti oleh para pemakainya. Prinsip-prinsip ini akan mendasari setiap sifat dan ciri dari laporan keuangan yang dihasilkan dalam proses akuntansi, yaitu meliputi:

1. Entitas (Accounting Entity)
Yang menjadi fokus perhatian dalam akuntansi adalah “entity” tertentu atau lembaga tertentu yang akan dilaporkan, dan bukan lembaga lainnya.

2. Kontinuitas Usaha (Going Concern)
Dalam menyusun laporan keuangan harus dianggap bahwa perusahaan (entity) yang dilaporkan terus beroperasi dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Jika perusahaan dianggap tidak mampu lagi untuk melanjutkan usahanya maka harus diungkapkan oleh akuntan. Oleh karena entity mempunyai waktu operasi yang tidak dapat ditentukan, maka diperlukan suatu laporan keuangan yang disusun secara periodik (time period principles) untuk mengetahui bagaimana kinerja entitas tersebut.

3. Pengukuran (Measurement)
Akuntansi merupakan suatu media pengukuran sumber-sumber ekonomi (economic resources). Oleh karena itu pengukuran tersebut harus berdasarkan pada hasil transaksi yang diukur dengan unit moneter (prinsip monetery unit).

4. Dasar Akrual (Accrual Bassed)
Penentuan pendapatan dan biaya dari posisi harta dan kewajiban ditetapkan berdasarkan kejadiannya tanpa melihat apakah pembayaran atau penerimaan kas telah dilakukan atau belum.

5. Bertujuan Umum (General Purpose)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi keuangan ditujukan untuk pemakai secara umum bukan pemakai khusus, sehingga didasarkan pada prinsip-prinsip yang diterima umum(generally accepted principles), dan penggunaannya akan sangat tergantung dari keahlian akuntan (judgement) dalam melakukan pertimbangan.

6. Materialitas (Materiality)
Laporan keuangan hanya memuat informasi yang dianggap penting. Dan dalam setiap pertimbangan yang dilakukan tetap melihat signifikansinya secara umum. Indikator materialitasnya adalah dikaitkan dengan dampaknya terhadap laporan keuangan.

7. Penaksiran (Aproximation)
Dalam akuntansi tidak akan dapat dihindarkan dari penaksiran-penaksiran. Seperti: taksiran umur ekonomis suatu aktiva, taksiran harga, pemilihan prinsip akuntansi yang digunakan, dan sebagainya. Disamping itu, akuntansi lebih menekankan kenyataan ekonomis suatu kejadian dari pada bukti legalnya atau formalnya, sehingga hal ini disebut sebagai prinsip subtance over form.

B. Kedudukan Akuntansi dalam Islam
Akuntansi merupakan domain “muamalah” dalam kajian Islam. Artinya, diserahkan kepada kemampuan akal pikian manusia untuk mengembangkannya. Namun Karena pentinnya masalah ini, Allah SWT memberikan tempat dalam kitab suci Al qur’an yakni surat Al Baqoroh ayat 282. Apabila dikaji melalui rationing atau pendekatan logika akan didapatkan pemahaman berikut ini.
Penempatan ayat ini cukup unik dan relevan dengan sifat akuntansi. Ia ditempatkan dalam surat Al Baqoroh (yang berarti: sapi betina) ini melambangkan komoditas ekonomi. Ia ditempatkan dalam surat ke-2 dalam Al Qur’an yang dapat dianalogkan dengan “double entry” dalam penyusunan sistem akuntansi, dan merupakan ayat ke-282 yang menggambarkan angka keseimbangan (neraca). Inilah suatu kenyatan yang kebenarannya hanya Allah SWT yang mengetahui, Waallahu a’lam bishawab.
Bahkan apabila kita kaji sistem dan manajemen yang ada di alam dunia ini, ternyata peran akuntansi sangat besar. Dimana Allah SWT juga memiliki malaikat (sebagai akuntan) yang sangat canggih dan setiap aktivitas manusia tidak pernah luput dari catatannya, yaitu: malaikat Rakib dan Atib. Malaikat ini yang akan menuliskan/menjurnal segala transaksi yang dilakukan manusia dan akan menghasilkan buku (neraca) yang nanti akan dilaporkan kepada kita (owner) di akhirat. Perhatikanlah firman Allah dalam surat Al Infithaar ayat 10-12 berikut ini:
Artinya: Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu). Yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat pekerjaanmu. Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Laporan ini harus didukung dengan bukti (evidence), dimana tidak ada transaksi yang dilupakan meskipun sebesar zarrah, seperti firman Allah SWT sebagai berikut:
Artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya akan melihatnya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun dia akan melihatnya”. (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Berdasarkan berbagai ketentuan di atas menunjukan arti pentingnya akuntansi dalam kegiatan bisnis. Apabila kita perhatikan, setidaknya ada dua alasan yang mendasari diperlukannya akuntansi tersebut, yaitu:
a. Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar nantinya dalam penyelesaian selanjutnya.
b. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi atau ketidakjujuran, baik dalam transaksi maupun hasil dari transaksi itu (keuntungan/laba).
C. Etika Bisnis dan Standar Akuntansi Islam
Dalam hal pengelolaan kepemilikan, Islam telah menganjurkan kepada umatnya agar dapat digunakan dengan baik dan benar dengan tetap memperhatikan hak-hak orang lain (misal: fakir, miskin dan lain-lain).

Ada beberapa pedoman yang harus ditaatinya sebagai berikut:
1) Penggunaan bersifat terus-menerus (istiqomah)
2) Membayar zakat sesuai harga pasar
3) Penggunaan yang bermanfaat (menghindari pemborosan)
4) Tidak digunakan untuk merugikan orang lain
5) Pemindahan kepemilikan kekayaan sesuai hukum waris.

Terdapat beberapa konsep dan etika bisnis dalam Islam, sebagaimana dikemukakan oleh Harahap (2004: 235) sebagai berikut:

Pemilikan
1. Pemilikan individu harus didorong dan dilindungi.
2. Kekayaan adalah milik Tuhan. Individu bertindak sebagai agen dalam memiliki kekayaan.
3. Pemilikan public termasuk kekayaan mineral air, dan sumber energi.
4. Pemilik individu harus memperhatikan masyaraka dan fungsi ekonomis dari kekayaan itu.

Keadilan
1. Setiap orang berhak atas keadilan.
2. Kesempatan yang sama merupakan dasar keadilan.
3. Kecukupan merupakan dasar kedua dari keadilan.
4. Adalah kewajiban dari semua orang untuk berlaku adil.

Harga
1. Harga diatur oleh pasar
2. Pemerintah tidak dibenarkan mempengaruhi harga.
3. Pengecualian campur tangan hanya boleh untuk kepentingan keadilan dan distribusi barang harus adil dan lancar.
4. Setiap harga barang yang dijual dicantumkan agar diketahui publik.

Persaingan
1. Persaingan diizinkan dan dianjurkan
2. Perpindahan barang tidak boleh dihalangi, harus dijamin bebas.
3. Persaingan tidak boleh menimbulkan monopoli.
4. Tidak dibenarkan campur tangan terhadap fungsi pasar
5. Hubungan Pimpinan dan Karyawan
1. Majikan berhak atas kejujuran dan kemampuan karyawan.
2. Kepemimpinan membutuhkan beban tanggung jawab.
3. Tiap orang adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas bawahan yang dipimpinnya.
4. Mendisiplinkan pegawai harus secara pribadi tidak boleh didepan orang.

Sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Akram Khan (dalam Harahap, 2004:145) merumuskan beberapa sifat akuntansi islam sebagai berikut: a) penentuan laba rugi yang tepat; b) ketaatan kepada syariat Islam; c) keterikatan pada keadilan; d) melaporkan dengan baik.
Sedangkan hukum Islam yang berkaitan dengan akuntansi dan dapat diterapkan dalam praktek akuntansi sebagai berikut.

a. Kode etik akuntan
Terdapat beberapa kode etik seorang akuntan dalam melaksanakan proses akuntansi, yaitu:
1) Akuntan harus menyakini bahwa Islam sebagai way of life, terlebih dalam kegiatan bisnis.
2) Akuntan harus memiliki karakter yang baik, jujur, dan dapat dipercaya.
3) Akuntan harus adil, efisien dan independent.
4) Akuntan harus bertanggungjawab kepada masyarakat.

b. Penilaian asset
Kekayaan (asset) harus dinilai berdasarkan harga pasar (market prices). Penilaian ini sangat penting untuk menentukan jumlah yang dapat dikurangi berkaitan dengan zakat.

c. Prinsip Akuntansi
1) Prinsip akuntansi yang dikembangan adalah akuntansi sosial.
2) Standar Akuntansi Keuangan (SAK) harus ditaati sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
3) Transaksi yang tidak sesuai dengan hukum Islam harus dihindari (misal: mengandung riba, kecurangan, dll).

d. Catatan Double Entry
Catatan yang dipergunakan hendahnya double entry, dan bukan single entry. Hal ini sangat penting karena dapat menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses pencatatan. Demikian pula Islam sangat memperhatikan tentang hal tersebut, termasuk dalam hal persaksian atas suatu kejadian.

e. Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun hendaknya meliputi: laporan laba/rugi, laba ditahan, Neraca, sumber dan penggunaan dana, juga laporan khusus mengenai dana zakat. Zakat dalam konsep akuntansi Islam merupakan pungutan wajib dalam bentuk uang atau harta yang diambilkan dari pemilik untuk diberikan kepada para fakir-miskin dan untuk kegiatan sosial tanpa mengharapkan penghasilan.


Laporan keuangan yang disusun hendaknya memenuhi kualifikasi informasi sebagai berikut:

1) Mengungkapkan kebenaran dari suatu informasi
Sebagai suatu proses pencatatan yang akan menyajikan informasi keuangan, akuntansi harus dapat mengungkapkan kebenaran sesuai bukti-bukti yang sah baik secara akuntansi maupun Islam. Dalam surat Al Baqoroh ayat : 42 Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak sedang kamu mengetahuinya (QS: Al Baqoroh: 42).

2) Informasi yang disajikan harus mengandung keadilan
Informasi yang disediakan melalui proses akuntansi harus dapat mengungkapan kenyataan secara adil. Artinya akuntansi tidak diperbolehkan mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu yang akan menguntungkan pihak pembuat laporan tanpa berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum (generally accepted principles). Oleh karena itu sikap independensi sangat diperlukan dalam penyajian informasi.
Sehubungan dengan hal tersebut Allah SWT telah berfirman:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, membari kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan, dia memberi pengajaran kepadamu agar dapat mengambil pelajaran (QS: An Nahl: 90).

3) Penyajian secara lengkap
Salah satu kualitas informasi yang disyaratkan dalam pengambilan keputusan adalah tentang kelengkapan informasi tersebut. Seberapa banyak kerugian akan terjadi akibat dari penyajian informasi yang tidak lengkap ini, disamping dapat mengakibatkan terjadinya berbagai kesalah pahaman ataupun keputusan yang salah.

4) Penyajian dengan tepat waktu
Informasi yang benar, adil dan lengkap tidak akan mempunyai manfaat dalam pengambilan keputusan apabila disajikan tidak tepat pada waktunya sehingga hanya akan menjadi kedaluwarsa. Ketepatan waktu ini sangat dihargai dalam Islam, bukan hanya pada penyampaian informasi tetapi meliputi seluruh aktivitas yang dilakukannya. Dalam surat Al ’Ashr ayat: 1-3 sebagai berikut:
Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS: Al ’Ashr: 1-3)

Kesimpulan
Akuntansi tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagi suatu metode menjelaskan bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat. Hal ini yang mengakibatkan pergeseran ke dalam Akuntansi Islam yang lebih berorientasi sosial. Akuntasi Islam memiliki suatu tujuan yaitu harus memenuhi prinsip Islam. Dalam kaitannya ini, semua akuntansi Islam dapat disebut sebagai ”normatif” dan dirumuskan dalam beberapa sifat sebagai berikut: a) penentuan laba rugi yang tepat; b) ketaatan kepada syariat Islam; c) keterikatan pada keadilan; d) melaporkan dengan baik.
Dalam penyusunan laporan keuangan, akuntan harus berpedoman pada kode etik sesuai hukum-hukum Islam. Kode etik yang dapat diterapkan dalam praktek akuntansi tersebut meliputi:
a. Akuntan harus menyakini bahwa Islam sebagai way of life, terlebih dalam kegiatan bisnis.
b. Akuntan harus memiliki karakter yang baik, jujur, dan dapat dipercaya.
c. Akuntan harus adil, efisien dan independent.
d. Akuntan harus bertanggungjawab kepada masyarakat.
Dengan penerapan kode etik tersebut diharapkan laporan keuangan yang dihasilkan akan mempunyai kualifikasi informasi yaitu: menyajikan kebenaran, keadilan, lengkap dan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Arfan Ikhsan & Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta.

Departemen Agama RI. 1989. Al Qur’an dan Terjemahnya. Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an. Jakarta.

Kodiran Salim. Kumpulan Naskah Pengkajian Lintas Kitab Suci. Pusat Pengkajian Lintas Kitab Suci; ULIL ALBAB, Yogyakarta.

Mulyadi, 2001. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta.

Sofyan Syafri Harahap. 2004. Akuntansi Islam. Bumi Aksara. Yogyakarta.

____________________. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. RajaGrafindo Persada. Yogyakarta

ALK:Model Prediksi Keuangan


Teknik dalam membuat perencanaan keuangan sudah banyak dikenal dan terus menjadi bidang penelitian para ahli. Dalam bab ini akan dibahas berbagai model maupun rumusan yang dapat dipergunakan untuk mempermudah dalam memprediksi keuangan.
Model prediksi ini dapat juga dimasukan sebagai bagian dari bidang analisa laporan keuangan karena salah satu tujuan dari analisa laporan keuangan itu adalah meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam rumus atau model ini bahkan banyak digunakan angka-angka laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan.


Dalam prediksi keuangan kita mengenal beberapa model antara lain:
Liner Programming.
Delphi Forcasting.
Time Series Forcasting (trend).
Break Even Analisys.
Just In Time (JIT).
Economic Order Quantity (EOQ).


Model ini dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Liner Programming
Linier programming (LP) digunakan untuk merencanakan memprediksi kombinasi input biaya yang paling optimal untuk menghasilkan atau beberapa produk atau output. Dengan rumus LP ini kita dapat merencanakan kebutuhan dan kombinasi output sehingga tercapai optimasi.


2. Delphi Forcasting
Delphi system ini hampir sama dengan metode expert system. Disini metode expert system disempurnakan dengan metode diskusi antar para ahli, didebat, dan akhirnya pada sampai kesimpulan terbaik yang merupakan konsekuensi para ahli.


3. Tiem Series Forcasting (Trend)
Di sini prestasi yang lalu digambarkan secara berseri kemudian dari gambar ini dicari garis trend yang terbaik dan kemudian dari kecendrungan garis itu dilihat angka masa depan sebagai angka ramalan. Teknik analisa Time Series dapat dipakai untuk membuat trend ini.


4. Break Even Analysis
Salah satu metode yang sering digunakan dalam menganalisis keuangan adalah teknik Break Even Analysis atau Cost Volume Profit Analysis. Metode ini mencoba mencari dan meganalisa perilaku hubungan antara besarnya biaya besarnya volume dalam unit dan rupiah, dan laba. Dari angka hasil analisa ini dapat diketahui volume yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu, berapa volume untuk mencapai titik pulang pokok, dan informasi lainya yang dibutuhkan.


5. Just In Time Model (JIT)
Upaya untuk meningkatkan produktifitas dan menekan pemborosan dan ketidak-efesienan lainya terus dilakukan para ahli. Salah satu penemuan besar baru-baru ini diperkenalkan adalah JIT Model. Model ini menunjukan bahwa konsep cost management yang lama sudah ketinggalan zaman dan perlu diubah. Model ini sudah banyak diminati oleh para pengusaha akhir-akhir ini sehingga dikenal sebagai golden ring of manufacturing efficiency. Namun banyak orang salah tanggap terhadap pengertian JIT ini. Menurut Johanson (1990) dalam artikel Management Accounting dengan judul Preparing For Accounting System Changes, perlu dijelaskan bahwa konsep JIT adalah merupakan model / filosofi yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Penekanan pada prinsip visibility sehingga dengan demikian setiap masalah yang memerlukan perbaikan menjadi jelas dan dianggap sebagai kesempatan/ atau peluang.
2. Output selalu disesuaikan dengan permintaan sehingga kegiatan produksi harus disesuakan dengan upaya menyeimbangkan keduanya.
3. JIT menghendaki kesederhanaan / kemudahan bukan kerumitan.
4. Pendekatan yang dilakukan bersifat “holistick” atau global. Konsep harus diterima secara umum dan melibatkan semua pihak serta sumber perusahaan yang dimiliki.
5. JIT menganut konsep perbaikan terus-menerus.
JIT merupakan filosofi perusahaan dalam beroperasi yang hakikatnya berupaya menghilngkan “pemborosan”. Dengan konsep JIT maka setiap resources seperti peralatan, bahan, alat, fungsi tenaga kerja digunakan secara minimal dan yang digunakan hanya yang benar-benar diperlukan untuk menambah nilai produk.


JIT bukan merupakan:
  • Program / kebijaksanaan persediaan.
  • Hanya upaya melibatkan supplier dalam kegiatan perusahaan.
  • Fenomena kebudayaan.
  • Proyeksi penggunaan bahan.
  • Proyeksi kebutuhan bahan.
  • Obat mujarap bagi manajer yang lemah.
Beberapa unsur yang selalu dianut dalam konsep JIT ini adalah:

1. Sikap Awareness/Education
Setiap orang harus mencoba memperbaiki keadaan walaupun pada mulanya salah namun harus terus dicoba sehingga merupakan proses pendidikan bagi personel. Mencoba dan salah lebih bagus dari pada tidak dicoba sama sekali.


2. House- Keeping
Setiap orang harus bertanggung jawab pada setiap peralatan atau harta perusahaan baik yang dibawah pengawasan maupun yang diluarnya.


3. Quality Improvement
Kwalitas harus terus ditingkatkan untuk menuju “zero defects” (tidak ada kerusakan). Kapan saja ditemukan kesalahan operator harus segera menyetop operasi dan langsung melakukan koreksi.


4. Uniform Plant Load (UPL)
Artinya jika kita menjual harian maka produksi harus harian pula. Produksi sesuai demand, tidak perlu ada persediaan.


5. Redesign Process Flow
Untuk memenuhi konsep UPL diatas maka kegiatan produksi harus didesain sedemikian rupa sehingga seluruh peralatan digunakan untuk memproduksikan barang secara group bukan per departemen.


6. Set up Reduction
Dengan melakukan redesign maka dapat saja terjadi peralatan yang dimiliki dikurangi sehingga produk benar-benar sesuai kebutuhan.


7. Supplier Net Work
Jaringan permasalahan harus dapat diatur edemikian rupa sehingga barang yang dibutuhkan datang pada saat yang tepat, barang hanya diterima pada saat diperlukan.
Dengan menjalankan konsep JIT maka peralatan yang diperlukan hanya 1 unit, jangka waktu antara kegiatan tidak lowong, kerusakan tidak ada, waktu berhenti tidak ada, operasi mesin seimbang dengan baik, work in process (WIP) berada dalam jumlah minimum dan alat-alat tidak pernah berhenti percuma.

Di Indonesia konsep-konsep ini belum begitu dikenal. Namun system globalissi seperti saat akan mengharuskan penggunaan sistem ini.
6. Economic Order Quantity
Model ini dapat memberikan angka berapa order pembelian sehingga kita mendapatkan biaya yang optimal. Model ini akan memberikan angka berapa pesanan sebaiknya dilakukan untuk sekali pesanaan sehingga kita mencapai titik optimum biaya yang paling efisien.


Contoh:
PT Citra Harmoni menggunakan bahan setahun yaitu 5400 unit. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pesanan (order) adalah Rp 10 000,-. Sedangkan untuk satu unit dibutuhkan biaya Carrying Cost sebesar Rp 1.200,-.
Berapa jumlah pesanan optimum untuk sekali pesanan?

EOQ = 300 Unit


Jadi dalam satu tahu kita melakukan pembelian sebanyak 300 unit sekali pesanan. Dengan kata lain untuk memenuhi bahan sebanyak 5.400 unit kita harus melakukan pemesanan 18 kali (5.400/300).


MODEL LAIN UNTUK MELAKUKAN PREDIKSI KEUANGAN


Para ahli banyak berupaya melakukan berbagai studi untuk mencoba melakukan peramalan-peramalan dengan menggunakan berbagai rumus, model dengan bahan rasio laporan keuangan. Studi empiris ini dilakukan terhadap berbagai perusahaan dalam jangka periode waktu tertentu. Dan biasanya setiap ahli memiliki berbagai metode yang berbeda satu sama lain tergantung data yang diperolehnya dari sumber data penelitian serta metodologinya.
Dalam literatur akuntansi para akademis atau peneliti sering melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperediksi suatu keadaan dengan menggunakan data historis biasanya laporan keuangan. Mereka mengganti laporan keuangan berapa tahun dan mencoba melihat fenomena khusus yang ada didalamnya dan dari sana diambil suatu rumusan dalam bentuk model-model prediksi.



Beberapa model prediksi yang dikenal adalah:


a. Band Rating
Ini digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan di pasar modal. Peringkat ini dikategorikan berturut-turut, misalnya dalam bentuk AAA, AA, A, BBB, BB, B, dan seterusnya. Model dan peringkatan ini telah dikenal di Indonesia khususnya di pasar modal.


b. Bankruptcy Model
Model ini memberikan rumusan untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut. Dengan menggunakan rumusan yang akan diisi (interplasi) dengan rasio keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut.

c. Net cash Flow Predication model
Model ini didesain untuk mengetahui berapa besar arus kas masuk bersih perusahaan tahun depan.


d. Take over Prediktion Model
Model ini dimaksudkan untuk mengetahui kapan kemungkinan perusahaan ini akan diambil alih oleh perusahaan lainnya.
Di bawah ini akan kita gambarkan empat macam model yang merupakan bagian dari model tersebut:
Model untuk tingkat peramalan tingkat kwalitas obligasi yang dijual di pasar modal yang dibuat oleh Ahmed Belkaoui disebut Belkaoui’s Bond Rating Model.
Model untuk meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan yang di buat oleh Altman disebut Altman’s Bankruptcy Prediktion Model. Model ini popular juga disebut 2-score.
Bernstein dan Maksy merumuskan model untuk meramalkan Net Cash Flow From Operating yang disebut Bernstein and Maksy’s Net Cash Flow Next Year Predication Model.
Model untuk memulai perusahaan yang akan diambil alih (take over). Model ini dibuat oleh Ahmed Belkaoui sehingga disebut Belkaoui’s Take Over Prediktion Model.

Label:

Senin, 10 Desember 2007

ALK: Konsep Dasar Lap. Keuangan

1. Definisi Dan Kegunaan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu daftar financial suatu entitas ekonomi yang disusun secara sistematis oleh akuntan pada akhir periode; atau catatan yang memberikan informasi keuangan suatu perusahan yang telah menjalankan perusahaan selama satu priode (biasanya satu tahun).
Laporan keuangan mempunyai beberapa kegunaan, yaitu:
a. Sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.
b. Alat komunikasi antara aktivitas perusahan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahan, seperti para kreditur/calon kreditur, investor/calon investor, bankers, pemerintah dan lain-lain.
c. Sebagai alat perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang efektif bagi manajemen, misalnya:
· Mengukur tingkat biaya dari kegiatan perusahaan.
· Untuk mengukur efisiensi poses produksi dan tingkat keuntungan yang dicapai.
· Untuk menentukan perlu tindaknya kebijakan atau prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
2. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
a. Pelaporan bersifat Tentative
Artinya bahwa laporan keuangan bersifat sementara. Hal ini disebabkan karena umur perusahaan tidak terbatas sehingga perlu dibuat laporan secara periodik untuk mengukur perkembangan perusahaan tersebut.
b. Kebenaran bersifat relative
Artinya bahwa laporan keuangan tidak menunjukan kebenaran yang mutlak tentang nilai harta, utang atau modal.
Hal ini disebabkan karena:
Data Historis
Laporan keuangan didasarkan dari fakta catatan akuntansi yang bersifat historis sehingga harta, utang dan modal dinyatakan dalam harga pada saat terjadinya peristiwa tanpa memperhitungkan terjadinya perubahan nilai mata uang.
Prinsip-prinsip dan Kebiasaan Dalam Akuntansi
Laporan keuangan disusun berdasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (generally accepted accounting principles).
Tujuan penggunaan prinsip tersebut adalah:
- Untuk memudahkan dalam pencatatan
- Untuk keseragaman laporan keuangan
Pendapat Pribadi (personal judgment)
Laporan keuangan tidak terlepas dari pendapat pribadi yang penggunaanya tergantung dari akuntan dan manajemen perusahaan.

Keterbatasan laporan keuangan diantaranya adalah:
1. Bersifat histories, sehingga mungkin sudah tidak relevan lagi dengan keadan sekarang.
2. Bersifat umum dan bukan untuk tiap-tiap pemakai
3. Didasarkan atas perkiraan kebutuhan pemakai.
4. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan uang dan perubahan nilai uang tidak tercermin dalam laporan keuangan
5. Memakai konsep konservatisme dalam menghadapi ketidakpastian sehingga tidak terlepas dari pemakaian pertimbangan dan taksiran-taksiran.
3. Prinsip-prinsip Laporan Keuangan
Terdapat beberapa prinsip yang mendasari setiap sifat dan ciri dari laporan keuangan, yaitu:
* Entitas
* Materialitas
* Kontinuitas usaha
* Harga pertukaran
* Pengukuran
* Accrual basis
* Periode laporan
* Penaksiran
* Unit moneter
* Pertimbangan
* Tujuan umum
* Laporaan terkait

4. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan
A. LAPORAN RUGI - LABA
Merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya dan rugi- laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun).
Bentuk laporan rugi - laba terdir dari;
a. Bentuk Singgle Step
Yaitu penyusunan laporan rugi - laba yang dilakukan dengan membandingkan total pendapatan dengan total biaya.
b. Bentuk Multiple Step
Yaitu penyusutan laporan rugi - laba yang dilakukan secara bertahap.
B. LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Merupakan laporan yang menyajikan tentang perubahan modal yang terjadi selama satu periode. Pada perusahaan perseroan (PT) disebut laporan laba ditahan.
C. NERACA
Merupakan laporan sistematis tentang aktiva, hutang dan modal suatu perusahaan pada waktu tertentu.
Bentuk neraca terdiri dari:
a. Bentuk Scontro (Account Form)
Yaitu neraca yang disusun secara sebelah - menyebelah, dimana sebelah kiri/ debet untuk aktiva sedangkan sebelah kanan/kredit untuk hutng dan modal.
b. Bentuk Stafel (Report Form)
Yaitu neraca yang disusun dari atas ke bawah, yaitu dengan urutan aktiva, hutang kemudian modal.
D. LAPORAN ARUS KAS
Yaitu laporan sistematis tentang aliran kas masuk dan kas keluar (termasuk sumber-sumber dan penggunaannya) yang terjadi pada suatu periode tertentu.

Minggu, 09 Desember 2007

ALK: Informasi & Peng. Keputusan


A. Jenis-jenis Informasi
Informasi merupakan suatu kenyataan, data atau datum yang dapat memberikan pengetahuan baru serta berguna bagi pihak yang menerimanya. Informasi ini sangat luas. Kita dapat membagi informasi dalam dua bagian:
a. Informasi kuantitatif, yaitu suatu informasi yang dapat dikuantitatifkan satuannya.
b. Informasi kualitatif, yaitu informasi yang tidak dapat dikuantitatifkan satuannya.

Hubungan informasi dengan pengambilan keputusan dapat dilihat di bawah ini.


  • Lingkungan (fenomena alam, sosial)

  • Keputusan dan Tindakan

  • Model Keputusan

  • Informasi

  • Ilmu Pengetahuan (data)

  • Akibat (hasil)

Informasi berasal dari lingkungan sosial dari sini muncul data, data dikumpulkan dan dijadikan menjadi informasi. Informasi ada yang sekilas dan ada yang mendalam. Semakin lengkap dan mendalam informasi semakin baik dalam pengambilan keputusan. Informasi ini dimasukan kedalam model keputusan, dari dalam model ini lahir keputusan. Keputusan akan menimbulkan tindakan dan tindakan ini akan berakibat hasil yang diperoleh atau kerugian yang diderita akibat keputusan tadi.


B. Sumber Informasi
Menurut Scott (dalam Harahap, 2003: 33), berdasarkan hasil riset empiris sumber informasi para manajer menurut tingkatanya berbeda-beda. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut

Sumber/ Tingkatan Manajemen
1. Dari Luar Top (%): 35-45 Menengah (%): 10-15 Bawah (%): 5-10
2. Manajer di bawahnya Top (%): 25-30 Menengah (%): 30-40 Bawah (%): 0
3. Sistem Komputer Top (%): 15-20 Menengah (%): 30-40 Bawah (%): 65-25
4. Dari Bukan Komputer Top (%): 10-15 Menengah (%): 15-20 Bawah (%): 0

Dari table di atas dapat kita lihat perbedaan porsi sumber informasi. Manajemen puncak porsi terbesar adalah dari luar, sedangkan pimpinan menengah hampir sama yaitu dari manajer dibawahnya dan dari system komputer, dan pimpinan bawah lebih banyak sumber informasinya dari komputer.


C. Kualitas Informasi
Dalam manajemen perusahaan khususnya dalam proses pengambilan keputusan maka manajemen memerlukan informasi yang harus memiliki sifat-sifat:
1. Akurat
2. Dapat di percaya
3. Lengkap (mendalam)
4. Tepat waktu
5. Relevan
6. Singkat padat
7. Terus terang


D. Pengambilan Keputusan
Kegiatan Analisa Laporan Keuangan tidak terlepas dari masalah manajemen bisnis. Dalam kegiatan bisnis kita selalu dihadapkan berbagai persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap masalah akan berdampak ekonomis, berupa kerugian atau keuntungan.
Agar seorang manajer mampu mengambil keputusan yang tepat maka ia perlu mencari dan mengumpulkan berbagai bahan informasi agar dalam proses pengambilan keputusan dapat menghasilkan yang terbaik. Kegiatan analisa laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih bayak, akurat dan dapat dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan, sehingga informasi yang diperoleh lebih berarti.

Label: